Profesi berniaga atau berdagang banyak digeluti oleh masyarakat Kalimantan Selatan disamping profesi non formal lain seperti petani atau nelayan. Sepertinya bagawi badagang sudah menjadi talenta alami urang Banjar, dimana segala jenis perniagaan mulai dari toko kelontong, warung makan, pengumpul bahan pokok seperti beras & hasil bumi, ataupun jual beli emas & permata semuanya biasa dilakukan oleh urang Banjar.
Alih jaman, talenta bagawi badagang urang Banjar yang diturunkan pada generasi muda Banjar, kini bukan hanya semata-mata aktifitas jual beli sederhana namun banyak generasi kini yang melakukan bagawi badagang sebagaimana lazimnya mengelola bisnis-bisnis besar lainnya seperti properti, pertambangan, mini market ataupun restoran.
Ada catatan yang menggambarkan ciri dari beberapa kelompok sub etnis (bubuhan) Banjar dalam melakukan kegiatan usaha utamanya dalam berdagang; bubuhan Alabio yang dinilai ‘fanatik’ sebagai pedagang dan kelompok ini dikenal cerdik dan pandai berbicara, mereka merupakan pekerja keras yang ulet serta memiliki persatuan di kalangan mereka dimana apabila seorang Alabio jatuh bangkrut dalam berusaha maka yang lain akan mengumpulkan dana untuk membantu seseorang tersebut. Garis usaha dari bubuhan Alabio ini umumnya bidang tekstil dan kelontong, karena bubuhan Alabio ini cukup ulet dan mau bekerja tanpa modal maka mereka pun mau melakukan usaha dagang atau bisnis yang sifatnya mengumpulkan laba sedikit demi sedikit. Hal ini berbeda dengan bubuhan Nagara, Marabahan dan Martapura yang cenderung lebih suka melakukan usaha dagang yang besar. Bubuhan Nagara dan Marabahan memiliki ciri berani berspekulasi dalam menjalankan usahanya, sedangkan bubuhan Martapura memiliki ciri teliti dan halus dalam melakukan usahanya karena sesuai dengan keahliannya dalam bidang perhiasan emas ataupun permata.
Beberapa hal menyebabkan urang Banjar sangat menyenangi ataupun memiliki jiwa bisnis yang kental diantaranya adalah; jika ditarik ke belakang sejarahnya, maka dapat dimaklumi jika talenta urang Banjar dalam berniaga diwariskan oleh bangsa Sriwijaya yang sangat piawai berniaga dimana pada masanya kerajaan Sriwijaya telah menjadi pusat perniagaan di nusantara. Selain itu pada masa pemerintahan kerajaan Banjar, para saudagar ataupun pemilik modal mendapatkan posisi terhormat dalam strata sosialnya dimana kedudukannya berada paling tinggi bersama-sama dengan para bangsawan dan bubuhan raja-raja para pemangku birokrasi. Urang Banjar umumnya muslim dan kuat pengetahuannya tentang Islam, yang mana Islam memandang profesi berniaga adalah mulia di sisi Allah SWT yaitu mengusahakan keuntungan dan keberkahan dengan transaksi jual beli barang & jasa. Hal tersebut diperkuat dengan sabda Rasulullah SAW; Sesungguhnya pekerjaan yang paling baik adalah pekerjaan pedagang-pedagang.
Dalam aktifitas perniagaan ada ijab qobul baik lisan, tertulis ataupun isyarat yang merepresentasikan keridhaan antara pihak penjual dan pembeli. Maka tidak aneh apabila terjadi deal transaksi jual beli di wilayah tanah Banjar akan sering terdengar lafadz “ulun jual lah..” oleh pihak penjual dan kemudian akan disahuti oleh pihak pembeli “ulun tukari lah...” Dan sah lah transaksi jual beli tersebut.