Tanpa penilaian khalayak luas adalah tidak mungkin untuk menobatkan diri sendiri sebagai seorang tokoh, ketokohan seseorang didapatkan atas penilaian prestasi ataupun karya dari berbagai bidang yang sangat luar biasa serta dapat memberikan pengaruh (panutan, sumber inspirasi, ataupun spirit) yang luas terhadap masyarakat saat ini atau di masa yang akan datang. Beberapa tokoh ini dipilih atas penilaian pribadi karena prestasi dan karya-karya beliau yang mampu menjadi sumber inspirasi, menjadi panutan ataupun penyemangat bagi khalayak luas. Sumber informasi didapatkan dari Wikipedia serta beberapa sumber lain dan urutan penulisan tokoh tidak menggambarkan urutan prestasi, karya ataupun ketokohan.
Denny Indrayana (lahir di Kotabaru, 11 Desember 1972; umur 39 tahun) adalah seorang aktivis dan akademisi Indonesia yang sejak 19 Oktober 2011 diangkat menjadi Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Denny adalah Guru Besar Hukum Tata Negara Universitas Gadjah Mada. Dia juga merupakan salah satu pendiri Indonesian Court Monitoring dan Pusat Kajian Anti Korupsi Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. Saat ini, sejak September 2008, Denny menjadi Staf Khusus Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam bidang Hukum, HAM dan Pemberantasan Korupsi Kolusi dan Nepotisme. Rekam jejak selama ini, selain menguasai hukum tata negara, menunjukkan bahwa Denny amat kritis terhadap masalah korupsi dan mafia hukum. Ia menulis empat buku terkait isu hukum tata negara dan korupsi, yaitu: Amandemen UUD 1945 antara Mitos dan Pembongkaran; Indonesian Constitutional Reform 1999-2002; Negara Antara Ada dan Tiada; dan Negeri Para Mafioso. Denny menyelesaikan studi sarjana hukumnya di UGM, sebelum melanjutkan program master dari Universitas Minnesotta, AS, dan program doktor dari Universitas Melbourne, Australia. Bambang Nurdiansyah (lahir di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, 28 Desember 1958; umur 53 tahun) adalah seorang pelatih dan mantan pemain sepak bola legendaris Indonesia. Sebelum menjadi pelatih, ia adalah seorang pemain sepak bola dan telah memperkuat Pelita Jaya dan tim nasional sepak bola Indonesia selama 11 tahun (1980–91). Dia juga bermain untuk Mercu Buana dan Krama Yudha Tiga Berlian pada era Galatama pada tahun 1980-an. Ia memenangkan Galatama dua kali dengan Krama Yudha, dan selesai sebagai pencetak gol terbanyak ketiga kalinya - paling produktif musim menjadi musim 1984, ketika dia mencetak gol 13 di Liga. Mulai musim 2008 ia melatih Arema Malang di Liga Super Indonesia,[2] namun mengundurkan diri setelah baru menjalani 4 pertandingan karena merasa ditekan kelompok pendukung Arema, Aremania.[3] Ia kemudian melanjutkan musim 2008/09 dengan menjadi pelatih PSIS Semarang. Sebelumnya ia pernah melatih klub Pelita Krakatau Steel pada tahun 2006. Pada musim 2005 ia melatih di PSIS Semarang, namun pindah karena ingin mendekatkan diri dengan keluarga. Selain itu, Bambang juga pernah melatih Persita Tangerang. Di sela jeda Liga Indonesia musim 2005 dengan musim 2006, Bambang sempat ditunjuk oleh PSSI untuk melatih sementara Indonesia untuk pertandingan melawan Afrika Selatan dalam rangka ulang tahun Golongan Karya. Ia juga pernah menjadi pelatih tim nasional sepak bola putri pada SEA Games 2011. Saat ini, ia melatih klub sepak bola asal Papua Barat, Persiram Raja Ampat, yang bermain di Liga Super Indonesia 2011-12. Ia dianugerahi sebagai salah satu 22 legenda sepak bola Indonesia pada final Piala Indonesia 2007.
K.H. Muhammad Arifin Ilham lahir di Banjarmasin, 8 Juni 1969; umur 42 tahun) adalah seorang pendakwah atau da'i. Beliau mendirikan majelis taklim bernama "Adz-Dzikra" pada tahun 2000. Arifin Ilham adalah anak kedua dari lima bersaudara, dan dia satu-satunya anak lelaki. Ayah Arifin masih keturunan ketujuh Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, ulama besar di Kalimantan, sementara ibunya, Hj. Nurhayati, kelahiran Haruyan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
Idham Chalid (lahir di Satui, Hindia Belanda, 27 Agustus 1921 – meninggal di Jakarta, 11 Juli 2010 pada umur 88 tahun) adalah salah satu politikus dan menteri Indonesia yang berpengaruh pada masanya. Selain sebagai politikus ia aktif dalam kegiatan keagamaan dan beliau pernah menjabat Ketua Tanfidziyah Nahdlatul Ulama pada tahun 1956-1984. Sejak berkiprah dari remaja, karier Idham di PBNU terus menanjak. Ketika NU masih bergabung dengan Masyumi (1950), ia menjadi ketua umum Partai Bulan Bintang Kalimantan Selatan. Sementara itu, ia juga menjadi anggota DPR RIS (1949-1950). Dua tahun kemudian, Idham terpilih menjadi ketua Lembaga Pendidikan Ma'arif NU (1952-1956). Kemudian, ia dipilih menjadi orang nomor satu NU pada 1956. Bahkan, Idham merupakan orang terlama yang menjadi ketua umum PBNU. Boleh dikata, selama hampir 30 tahun sebagai orang nomor satu NU, Idham telah mengalami berbagai pasang surut. Di bidang eksekutif, ia beberapa kali jadi menteri, baik saat masa Orde Lama maupun Orde Baru. Ketika Bung Karno jatuh pada 1966, ia menjadi anggota presidium Kabinet Ampera I dan Kabinet Ampera II dan etelah itu ia diangkat menjadi ketua MPR/DPR pada periode 1971-1977. Jauh sebelumnya, pada masa Kabinet Ali Sastroamidjojo II, ia juga menjabat sebagai wakil PM. Dalam posisi pemerintahan, beliau pernah juga mengemban tugas sebagai Ketua DPA. Idham Chalid diangkat menjadi Pahlawan Nasional Indonesia, bersama dengan 6 tokoh lain, berdasarkan Keppres Nomor 113/TK/Tahun 2011 tanggal 7 November 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar